Sabtu, 12 September 2015

Prospek Ekonomi dan Investasi Indonesia 2015

Dalam kondisi gejolak ekonomi global dan nasional penting para pemodal memperhatikan dan menggunakan data untuk mengambil keputusan yang tepat. Berikut ini adalah data - data terkini mengenai kondisi ekonomi Indonesia dan global.


Dalam ekonomi yang saling terintergrasi, perekonomian suatu negara tidak bisa imun dari perkembangan ekonomi dunia. Apa yang terjadi di ekonomi negara di belahan dunia lain pasti memiliki implikasi terhadap ekonomi Indonesia.

Oleh karena itu, penting melihat bagaimana ekonomi negara - negara yang menjadi partner utama Indonesia.

Kondisi Ekonomi Global

AMERIKA

  • PDB kuartal II AS tumbuh sebesar 2.3%, lebih rendah dari ekspektasi pasar sebesar 2.5%
  • Tingkat pengangguran masih di kisaran 5.3%. Target The Fed untuk angka pengangguran adalah 5.2%. 
  • Inflasi AS meningkat 0.4% pada bulan Mei menurut data yang dipublikasikan pada 18 Juli. Faktor utama pendorong inflasi adalah kenaikan harga bahan bakar.

EROPA

  • Yunani telah menyepakati persyaratan untuk dana talangan tambahan dari para krediturnya. Syarat tersebut antara lain merombak sistem dana pensiun serta menaikkan pajak.
  • Purchasing Managers’ Index zona Euro yang dirilis Markit menunjukkan angka 53.7 pada bulan Juli, sedikit lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 54.2. angka PMI di atas 50 menunjukkan perekonomian di posisi ekspansi.
  • Berdasarkan data Kementerian Perkeonomian Jerman, inflasi Juni turun menjadi 1,4% lebih rendah 0,2% dibandingkan Bulan Mei.

ASIA

  • Bank Sentral China mendevaluasi mata uangnya hampir 2 persen, yang akan membuat barang ekspor negara itu lebih murah dan lebih bersaing.
  • Pasca devaluasi Yuan, dolar Singapura dan dolar Taiwan menyentuh perlemahan terburuk dalam lima tahun belakangan. Sementara ringgit Malaysia dan rupiah Indonesia jatuh ke nilai terburuknya sejak krisis ekonomi Asia 17 tahun yang lalu.
  • Tingkat kepercayaan konsumer Jepang turun ke angka 40.3 pada bulan Juli, lebih rendah 1.4 poin dari bulan sebelumnya dan merupakan penurunan terbesar dalam 1.5 tahun terakhir. Angka di bawah 50 menunjukkan kondisi yang relatif pesimis.

Kondisi Ekonomi Indonesia

Inflasi cukup stabil, tapi pertumbuhan ekonomi turun, sementara realisasi belanja pemerintah masih akan rendah.
  • Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS) mencatat kenaikan inflasi di bulan Juli 2015 pada level bulanan 0.93% (dibandingkan konsensus 0.74%, 0.54% di bulan Juni 2015) yang dipicu oleh kenaikan harga bahan makanan, makanan jadi, minuman, tembakau dan transportasi seiring bulan puasa dan Hari Raya.
  • Secara tahunan, inflasi stabil pada level 7.26% (dibandingkan konsensus 7.06%, 7.26% di bulan Juni 2015).
  • Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua 2015 menurun menjadi 4.67% secara tahunan dibandingkan kuartal sebelumnya pada 4.71% secara tahunan. Penyebab terbesar dikarenakan oleh lambatnya fixed investment dan pengeluaran pemerintah.
  • Neraca perdagangan tercatat surplus di bulan Juni 2015, yakni sebesar +0.47 miliar Dollar AS (surplus +1.59 miliar pada sektor non-migas dan defisit -1.12 miliar pada sektor migas). Ekspor menurun secara tahunan -12.78% dengan penurunan terbesar pada lemak dan minyak hewan/nabati, sedangkan impor menurun secara tahunan sebesar -17.24%.
  • PDB kuartal II terus melambat: pertumbuhan ekonomi Indonesia hampir mendekati angka terendah dalam enam tahun pada kuartal II kemarin. Kondisi tersebut membuat tercapainya target pertumbuhan sebesar 5.2% semakin sulit pada tahun ini. Pertumbuhan kuartal II 2015 hanya dapat tumbuh 4.67%, dari 4.72% pada kuartal sebelumnya karena permintaan yang terus melemah dari Tiongkok terhadap komoditas ekspor Indonesia seperti nikel, batu bara, dan minyak kelapa sawit. BPS memproyeksikan akan sulit untuk mencapai target pertumbuhan yang ditetapkan pemerintah sebesar 5.2% pada tahun ini.
  • PMI Juli 47.3: Purchasing Managers’ Index Indonesia untuk sektor manufaktur yang dirilis oleh Markit/Nikkei mengalami penurunan ke angka 47.3 pada bulan Juli dari sebelumnya 47.8 di Bulan Juni. Angka indikator di bawah 50 menandakan kondisi perekoniman sedang mengalami kontraksi.
  • Belanja modal pemerintah hingga Juli baru mencapai 15% dari target: Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro menyatakan hal tersebut pada 3 August 2015. Dengan kondisi ini, realisasi belanja pemerintah kemungkinan hanya akan mencapai 80-85% dari target tahun ini. (2014: 84%).

Pasar Uang, dan Obligasi 

  • Pada pertemuan Dewan Gubernur 14 Juli 2015, Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuannya pada level 7.50%, fasilitas peminjaman pada level 8.0% dan juga fasilitas simpanan Bank Indonesia pada level 5.50%.
  • Kurva Yield obligasi pemerintah berbasis Rupiah ditutup curam di akhir bulan Juli 2015 yang dilatarbelakangi oleh sentimen negative global yang dipicu oleh hasil referendum Yunani dan merosotnya pasar saham China.
  • Imbal hasil obligasi pemerintah ditutup beragam di sepanjang kurva berkat pelaku pasar yang menunggu angka inflasi dan lelang obligasi. Pasar kembali meiningkatkan transaksi setelah lelang selesai dan diikuti pengumuman angka pertumbuhan ekonomi kuartal II. Arus dana asing terus masuk hingga penghujung minggu.
  • Kepemilikan asing naik sebesar IDR 4.67T (+0.88%) dari IDR 533.63T per 31 Juli menjadi IDR 538.02T per 6 Agustus. Porsi kepemilikan asing per 6 Agustus mencapai 38.99% dari total obligasi pemerintah yang beredar (sebelumnya 39.96% pada 24 Juli).
  • Aksi ambil untung terjadi paska berita kesepakatan Yunani namun harga obligasi terus melemah menjelang libur Idul Fitri dimana semua orang menahan diri dan tidak ingin mengambil resiko.
  • Pernyataan menteri keuangan bahwa pemerintah tidak akan meningkatkan penjualan obligasi dalam negeri telah memberikan sentimen positif terhadap pasar dan diharapkan permintaan akan obligasi pemerintah akan terus bertahan karena favorable supply.
  • Pihak asing menurunkan kepemilikan mereka sebesar 3.90 trilliun Rupiah di bulan Juli 2015 (bulanan -0.73%), yakni dari 537.53 triliun Rupiah di tanggal 30 Juni 2015 menjadi 533.63 triliun Rupiah di tanggal 31 Juli 2015. porsi kepemilikian asing per 31 Juli adalah sebesar 38.96%

Pasar Modal Indonesia

  • Indeks Harga Saham Gabungan ditutup pada 4,770.53, turun -0.67% secara mingguan. Sentimen negatif muncul pasca pengumuman kinerja kuartal II emiten dan juga pertumbuhan ekonomi sebesar 4.67% yang masih belum membaik dari kuartal sebelumnya. Secara umum indeks melemah berkat UNVR, PGAS, SCMA, GGRM dan TBIG mengalami penurunan masing-masing sebesar -3.25%, -9.38%, -10.85%, -4.85%, dan -10.15% secara mingguan.
  • Investor asing mencatatkan rata-rata harian penjualan bersih sebesar US$13.4jt, lebih tinggi dari minggu sebelumnya sebesar US$1.66jt rata-rata penjualan bersih harian.

Kesimpulan

Ekonomi Indonesia menunjukkan perlambatan. Salah satunya karena ekonomi global. Harapan terbesar adalah pengeluaran pemerintah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar